Organisasi perempuan sendiri sudah ada
sejak 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19
seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini,
Walanda Maramis,
Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain.
Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain.
Peristiwa itu dianggap sebagai salah
satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia.
Pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara
berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju
kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Berbagai isu yang saat
itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara;
pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan; pelibatan
perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa; perdagangan anak-anak
dan kaum perempuan; perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita;
pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya. Tanpa diwarnai
gembar-gembor kesetaraan jender, para pejuang perempuan itu melakukan
pemikiran kritis dan aneka upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa.
Penetapan tanggal 22 Desember sebagai
perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada
tahun 1938. Peringatan 25 tahun Hari Ibu pada tahun 1953 dirayakan
meriah di tak kurang dari 85 kota Indonesia, mulai dari Meulaboh sampai
Ternate.
Presiden Soekarno menetapkan
melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 bahwa tanggal 22 Desember
adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga kini.
Misi diperingatinya Hari Ibu pada
awalnya lebih untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan
dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini. Dari situ pula tercermin
semangat kaum perempuan dari berbagai latar belakang untuk bersatu dan
bekerja bersama. Di Solo, misalnya, 25 tahun Hari Ibu dirayakan dengan
membuat pasar amal yang hasilnya untuk membiayai Yayasan Kesejahteraan
Buruh Wanita dan beasiswa untuk anak-anak perempuan. Pada waktu itu
panitia Hari Ibu Solo juga mengadakan rapat umum yang mengeluarkan
resolusi meminta pemerintah melakukan pengendalian harga, khususnya
bahan-bahan makanan pokok. Pada tahun 1950-an, peringatan Hari Ibu
mengambil bentuk pawai dan rapat umum yang menyuarakan kepentingan kaum
perempuan secara langsung.
Satu momen penting bagi para wanita
adalah untuk pertama kalinya wanita menjadi menteri adalah Maria Ulfah
di tahun 1950. Sebelum kemerdekaan Kongres Perempuan ikut terlibat dalam
pergerakan internasional dan perjuangan kemerdekaan itu sendiri. Tahun
1973 Kowani menjadi anggota penuh International Council of Women (ICW).
ICW berkedudukan sebagai dewan konsultatif kategori satu terhadap
Perserikatan Bangsa-bangsa.
Kini, Hari Ibu di Indonesia
diperingati untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada
para ibu, memuji ke-ibu-an para ibu. Berbagai kegiatan pada peringatan
itu merupakan kado istimewa, penyuntingan bunga, pesta kejutan bagi para
ibu, aneka lomba masak dan berkebaya, atau membebaskan para ibu dari
beban kegiatan domestik sehari-hari.
sumber : http://www.simplyhomy.com/2011/12/mau-tahu-sejarah-hari-ibu-22-desember-disimak-yuk/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar