PEMAKAIAN TANDA BACA
A. Tanda Titik (.)
1.
|
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang
bukan pertanyaan atau seruan.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Ibuku sedang memasak.
Ayahku seorang
wiraswasta.
Namaku Elisabeth.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat
yang unsur akhirnya sudah bertanda titik. (Lihat juga Bab III, Huruf I.)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Buku itu disusun oleh Drs. Suparman, M.A.
Dia memerlukan pensil, buku, dsb.
Dia mengatakan, “tangan saya terkilir”.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Tanda titik dipakai di belakang angka atau
huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka
atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu
merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka
jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
pukul 2.40.20 (pukul 2 lewat 40 menit 20 detik atau pukul 2, 40 menit, 20 detik)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti
salah satu cara berikut.
|
|
|||||||||||||
4.
|
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka
jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
|
||||||||||||
Misalnya:
2.40.20
jam (2 jam,
40 menit,
20 detik)
0.40.20 jam (40 menit, 20 detik)
0.0.20 jam (20 detik)
|
|||||||||||||
5.
|
Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di
antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya
atau tanda seru, dan tempat terbit.
|
||||||||||||
Misalnya:
Siti, Dewi, Dono Diningrat, Frans Eftrat, dan Anton Siregar,
Jono. 1940. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
|
|||||||||||||
Catatan:
Urutan informasi mengenai daftar pustaka
tergantung pada lembaga yang bersangkutan.
|
|||||||||||||
6.
|
Tanda titik dipakai untuk memisahkan
bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
|
||||||||||||
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 2.000 orang.
Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi
negeri 15.000 orang.
Penduduk Jakarta lebih dari 10.000.000 orang.
|
|||||||||||||
Catatan:
|
|
|||||||||
7.
|
Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan
(Lihat Bab II, Huruf H.)
|
B. Tanda Koma (,)
1.
|
Tanda koma dipakai di antara unsur unsur
dalam suatu perincian atau pembilangan.
|
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat
kilat khusus memerlukan prangko.
Satu, dua, ... tiga!
|
|
2.
|
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat
setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata
seperti tetapi, melainkan, sedangkan,
dan kecuali.
|
Misalnya:
Dia akan membeli buku-buku puisi, tetapi saya yang memilihnya.
Ini bukan buku saya, melainkan buku
adik saya.
Dia senang membaca cerita pendek, sedangkan adiknya
suka membaca puisi
Semua siswa harus hadir, kecuali yang sakit.
|
|
3.
|
Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak
kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
|
Misalnya:
Kalau tidak diundang, saya tidak akan datang.
Karena congkak, dia tidak mempunyai teman.
Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus
banyak membaca buku.
|
|
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai
untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu
mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan
datang karena tidak diundang.
Dia tidak mempunyai
teman karena congkak.
Kita harus membaca banyak buku agar memiliki
wawasan yang luas.
|
|
4.
|
Tanda koma dipakai di belakang kata atau
ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat,
seperti oleh karena itu, jadi, dengan
demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.
|
Misalnya:
|
Anak itu rajin dan pandai. Oleh
karena itu, dia selalu
peringkat pertama.
Anak itu memang rajin membaca sejak
kecil. Jadi, wajar kalau dia pintar.
Meskipun begitu,
dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapapun.
|
|
Catatan:
Ungkapan penghubung antarkalimat,
seperti oleh karena itu, jadi, dengan
demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu,
tidak dipakai pada awal paragraf.
|
|
5.
|
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata
seru, seperti o, ya, wah, aduh,
dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan,
seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata
lain yang terdapat di dalam kalimat.
|
Misalnya:
Oh, seperti itu?
Wah, bukan main!
Hati hati, ya, banyak polisi tidur.
Ma, kapan
pulang?
Mengapa kamu berisik, Dik?
Kue ini tidak enak, Bu.
|
|
6.
|
Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan
langsung dari bagian lain dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik,
Bab III, Huruf J dan K.)
|
Misalnya:
Kata Ibu, "Saya sedih sekali."
"Saya sedih sekali," kata Ibu, "karena tidak lulus
ujian."
|
|
7.
|
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan
petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika
petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
|
Misalnya:
"Di mana Saudara tinggal?" tanya
Pak Guru.
"Masuk ke kelas sekarang!"
perintahnya.
|
|
8.
|
Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan
alamat, (b) bagian bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama
tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
|
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas
Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
Surabaya, 10 Mei 1960
Tokyo, Jepang.
|
|
9.
|
Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian
nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
|
Misalnya:
Fran, sirait. 1998. Kamus Bahasa
Inggris. Jakarta: Restu Agung.
Didu, Arman (Ed.) 1976. Politik Hubungan Internasional. Jilid 1. Jakarta:
Pusat Bahasa.
Jusuf, S. Soleh. 1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Alquran
Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa
Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
|
10.
|
Tanda koma dipakai di antara bagian bagian
dalam catatan kaki atau catatan akhir.
|
Misalnya:
Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa
Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
Hilman, Hadikusuma, Ensiklopedi
Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm.
12.
Poerwadarminta, W.J.S. Bahasa
Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967),
hlm. 4.
|
|
11.
|
Tanda koma dipakai di antara nama orang dan
gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama
diri, keluarga, atau marga.
|
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
Bambang Irawan, S.H.
Siti Aminah, S.E., M.M.
|
|
Catatan:
Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti
Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).
|
|
12.
|
Tanda koma dipakai di muka angka desimal
atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
|
Misalnya:
13,9
m
20,3 kg
Rp800,50
Rp950,00
|
|
Catatan:
Bandingkan dengan penggunaan tanda titik
yang dimulai dengan angka desimal atau di antara dolar dan sen.
|
|
13.
|
Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan
tambahan yang sifatnya tidak membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah,
Bab III, Huruf F.)
|
Misalnya:
Guru saya, Pak Subaru, pandai
sekali.
Di daerah rumah saya, misalnya, masih banyak nenek - nenek yang makan
sirih.
Semua mahasiswa, baik laki-laki maupun
perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
|
|
Catatan:
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang
pemakaiannya tidak diapit dengan tanda koma.
Misalnya:
Semua siswa yang lulus ujian akan
mendapat ijazah.
|
|
14.
|
Tanda koma dapat dipakai–untuk menghindari
salah baca/salah pengertian–di belakang keterangan yang terdapat pada awal
kalimat.
|
Misalnya:
Dalam pengembangan bahasa, kita dapat
memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini.
Atas perhatian Saudara, kami ucapan terima
kasih.
|
|
Bandingkan dengan:
Kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan
nusantara ini dalam
|
pengembangan kosakata.
Kami ucapkan terima kasih atas perhatian
Saudara.
|
C. Tanda Titik Koma (;)
1.
|
Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti
kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk
setara.
|
||||||||
Misalnya:
Hari sudah malam; anak anak masih membaca
buku buku yang baru dibeli ayahnya.
Ayah mengurus tanaman di kebun; Ibu menulis
makalah di ruang kerjanya; Adik membaca di teras depan; saya sendiri asyik
memetik gitar menyanyikan puisi-puisi penyair kesayanganku.
|
|||||||||
2.
|
Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri
pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata.
Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata
dan.
|
||||||||
Misalnya:
Syarat syarat penerimaan pegawai negeri
sipil di lembaga ini:
|
|||||||||
3.
|
Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan
dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah
oleh tanda baca dan kata hubung.
|
||||||||
Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju,
celana, dan kaos; pisang, apel, dan jeruk.
Agenda rapat ini meliputi pemilihan ketua,
sekretaris, dan bendahara; penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga,
dan program kerja; pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.
|
D. Tanda Titik Dua (:)
1.
|
Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu
pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian.
|
||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah
tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang
kemerdekaan: hidup atau mati.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Tanda titik dua tidak dipakai
jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri
pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum
dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau
ungkapan yang memerlukan pemerian.
|
||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
3.
|
Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah
drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
|
|||||||||
Misalnya:
|
||||||||||
4.
|
Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid
atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak
judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam
karangan.
|
|||||||||
Misalnya:
Horison, XLIII,
No. 8/2008: 8
Surah Yasin: 9
Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi
Cerpen Nusantara
Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi
Ketiga. Jakarta: Pusat Bahasa
|
E. Tanda Hubung (-)
1.
|
Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang
terpisah oleh pergantian baris.
|
Misalnya:
Di samping cara lama diterapkan
juga ca-
ra baru ....
Sebagaimana kata peribahasa, tak
ada ga-
ding yang takretak.
|
|
2.
|
Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian
kata yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya
pada pergantian baris.
|
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
Kukuran baru ini memudahkan kita me-
ngukur kelapa.
Senjata ini merupakan sarana pertahan-
an yang canggih.
|
|
3.
|
Tanda hubung digunakan untuk menyambung
unsur-unsur kata ulang.
|
Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang
kemerah-merahan
|
|
4.
|
Tanda hubung digunakan untuk menyambung
bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
|
Misalnya:
8-4-2008
p-a-n-i-t-i-a
|
|
5.
|
Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas
(a) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan (b) penghilangan bagian
frasa atau kelompok kata.
|
Misalnya:
|
ber-evolusi
dua-puluh ribuan (20 x 1.000)
tanggung-jawab-dan-kesetiakawanan sosial
(tanggung jawab sosial dan kesetiakawanan sosial)
Karyawan boleh mengajak anak-istri ke acara
pertemuan besok.
|
|||||||||||||
Bandingkan dengan:
be-revolusi
dua-puluh-ribuan (1 x 20.000)
tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial
|
|||||||||||||
6.
|
Tanda hubung dipakai untuk merangkai:
|
||||||||||||
Misalnya:
se-Indonesia
peringkat ke-2
tahun 1950-an
hari-H
sinar-X
mem-PHK-kan
ciptaan-Nya
atas rahmat-Mu
Bandara Sukarno-Hatta
alat pandang-dengar
|
|||||||||||||
7.
|
Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur
bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
|
||||||||||||
Misalnya:
di-smash
di-mark-up
pen-tackle-an
|
F. Tanda Pisah (–)
1.
|
Tanda pisah dipakai untuk membatasi
penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun utama
kalimat.
|
Misalnya:
Kemerdekaan itu—hak segala bangsa—harus
dipertahankan.
Keberhasilan itu–saya yakin–dapat dicapai
kalau kita mau berusaha keras.
|
|
2.
|
Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan
aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
|
Misalnya:
Rangkaian temuan ini–evolusi, teori
kenisbian, dan kini juga pembelahan atom–telah mengubah konsepsi kita tentang
alam semesta.
Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia–amanat
Sumpah Pemuda–harus terus ditingkatkan.
|
|
3.
|
Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan,
tanggal, atau tempat dengan arti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'.
|
Misalnya:
Tahun 1928–2008
Tanggal 5–10 April 2008
Jakarta–Bandung
|
|||||||
Catatan:
|
G. Tanda Tanya (?)
1.
|
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat
tanya.
|
Misalnya:
Kapan dia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
|
|
2.
|
Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung
untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat
dibuktikan kebenarannya.
|
Misalnya:
Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
|
H. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan
atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan
kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut ini!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Sampai hati benar dia meninggalkan istrinya!
Merdeka!
I. Tanda Elipsis (...)
1.
|
Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang
terputus-putus.
|
||||
Misalnya:
Kalau begitu ..., marilah kita laksanakan.
Jika Saudara setuju dengan harga itu ...,
pembayarannya akan segera kami lakukan.
|
|||||
2.
|
Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan
bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
|
||||
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti
lebih lanjut.
Pengetahuan dan pengalaman kita ... masih
sangat terbatas.
|
|||||
Catatan:
|
|
J. Tanda Petik (" ")
1.
|
Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan
langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, "Bahasa
negara ialah bahasa Indonesia. "
Ibu berkata, "Paman berangkat besok
pagi. "
"Saya belum siap," kata dia,
"tunggu sebentar!"
|
||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Tanda petik dipakai untuk mengapit judul
puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Sajak "Pahlawanku" terdapat pada
halaman 5 buku itu.
Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu
Daya Ungkap Bahasa Indonesia" dalam buku Bahasa Indonesia Menuju
Masyarakat Madani.
Bacalah "Penggunaan Tanda Baca"
dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
"Makalah "Pembentukan Insan Cerdas
Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar.
|
||||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah
ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara
"coba dan ralat" saja.
Dia bercelana panjang yang di kalangan
remaja dikenal dengan nama "cutbrai".
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
|
K. Tanda Petik Tunggal (' ')
1.
|
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit
petikan yang terdapat di dalam petikan lain.
|
||||||||
Misalnya:
Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring
kring' tadi?"
"Waktu kubuka pintu depan, kudengar
teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika,"
ujar Pak Hamdan.
|
|||||||||
2.
|
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit
makna kata atau ungkapan.
|
||||||||
Misalnya:
|
|||||||||
3.
|
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit
makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing (Lihat pemakaian
tanda kurung, Bab III, Huruf M)
|
||||||||
Misalnya:
|
L. Tanda Kurung (( ))
1.
|
Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan
keterangan atau penjelasan.
|
Misalnya:
Anak itu tidak memiliki KTP (kartu tanda
penduduk).
Dia tidak membawa SIM (surat izin
mengemudi).
|
|
Catatan:
Dalam penulisan didahulukan bentuk lengkap
setelah itu bentuk singkatnya.
|
|
Misalnya:
Saya sedang mengurus perpanjangan kartu
tanda penduduk (KTP). KTP itu merupakan tanda pengenal dalam berbagai
keperluan.
|
|
2.
|
Tanda kurung dipakai untuk mengapit
keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
|
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul
"Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan
arus perkembangan baru pasar dalam negeri.
|
|
3.
|
Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf
atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
|
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke
dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
Pejalan kaki itu berasal dari (Kota)
Surabaya.
|
|
4.
|
Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka
atau huruf yang memerinci urutan keterangan.
|
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan
baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
|
Dia harus melengkapi berkas lamarannya
dengan melampirkan (1) akta kelahiran, (2) ijazah terakhir, dan (3) surat
keterangan kesehatan.
|
|||||||||||||
Catatan:
Tanda kurung tunggal dapat dipakai untuk
mengiringi angka atau huruf yang menyatakan perincian yang disusun ke bawah.
|
|||||||||||||
Misalnya:
Kemarin kakak saya membeli
Dia senang dengan mata pelajaran
|
M. Tanda Kurung Siku ([ ])
1.
|
Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit
huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat
atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa
kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
|
Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
Ia memberikan uang [kepada] anaknya.
Ulang tahun [hari kemerdekaan] Republik
Indonesia jatuh pada hari Selasa.
|
|
2.
|
Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit
keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
|
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya
dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di
sini.
|
N. Tanda Garis Miring (/)
1.
|
Tanda garis miring dipakai di dalam nomor
surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam
dua tahun takwim atau tahun ajaran.
|
||||||
Misalnya:
No. 7/PK/2008
Jalan Kramat III/10
tahun ajaran 2008/2009
|
|||||||
2.
|
Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti
kata atau, tiap, dan ataupun.
|
||||||
Misalnya:
|
|||||||
Catatan:
Tanda garis miring ganda (//) dapat
digunakan untuk membatasi penggalan-penggalan dalam kalimat untuk memudahkan
pembacaan naskah.
|
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan
bagian kata atau bagian angka tahun.
Dia 'kan sudah kusurati.
|
('kan = bukan)
|
Malam 'lah tiba.
|
('lah = telah)
|
1 Januari '08
|
('08 = 1988)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar