Kamis, 21 April 2011

Danau Toba dan Pulau Samosir

                    Pada zaman dahulu, hiduplah seorang pemuda tani yatim piatu di bagian Utara Pulau Sumatera. Daerah tersebut sangatlah kering. Pemuda itu hidup dari bertani dan menangkap ikan ( dalam terminologi orang batak disebut mandurung, yang artinya menangkap ikan dengan cara menjaring ). Hingga pada suatu hari ia pergi mandurung. Sudah setengah hari ia pergi melakukan pekerjaan itu namun tak satupun ikan didapatkannya.
                    Maka ia pun bergegas pulang  karena hari sudah mulai gelap. Namun ketika hendak pulang, ia melihat seekor ikan yang besar dan indah, warnanya kuning emas. Ia pun menangkap ikan itu dan dengan segera membawanya pulang. Sesampainya dirumah karena sangat lapar maka ia hendak memasak ikan itu, diapun mengurungkan niatnya untuk memasak ikan itu. Ia lebih memilih untuk memeliharanya. Lalu ia menaruhnya disebuah wdah yang besar dan memberi makannya.
                     Keesokkan harinya seperti biasa, ia pergi bertani ke ladangya, dan hingga tengah hari ia pun pulang ke rumahnya dengan tujuan hendak makan siang. Tatapi alangkah terkejut dirinya, ketika melihat rumahnya, didalamnya telah tersedia makanan untuk dimakan. Ia terheran - heran. Ia pun teringat pada ikannya karena takut dicuri orang, dengan bergegas ia lari ke belakang, melihat ikan yang dipancingnya semalam. Ternyata ikan tersebut masih berada ditempatnya. Lama ia berpikir siapa yang melakukan semua itu, tetapi karena perutnya sudah lapar, akhirnya ia pun menyantap dengan lahapnya masakkan tersebut.
                    Kejadian itupun terus berulang - ulang. Setiap kali ia pulang makan, masakkan tersebut telah terhidang dirumahnya. Hingga pemuda tersebut mempunyai siasat untuk mengintip siapa yang melakukan semua itu. Keesokkan harinya ia pun mulai melakukan siasatnya. Seperti biasanya, dia berangkat dari rumah, seakan mau pergi ke ladang. Lalu, ia tiba - tiba melompat dan mulai bersembunyi diantara pepohonan dekat rumahnya. Lama ia menunggu, namun asap di dapur rumahnya belum juga terlihat. Lalu ia pun berniat untuk pulang karena sudah mulai bosan lama menunggu. Tetapi begitu ia akan keluar dari pesembunyiannya, ia mulai melihat asap di dapur rumahnya. Dengan perlahan ia berjalan menuju belakang  rumahnya untuk melihat siapa yang melakukan semua itu.
                    Alangkah terkejut dirinya begitu melihat siapa yang melakukan semua itu. Ia melihat seorang wanita yang sangat cantik dan berambut panjang. Dengan perlahan - lahan ia memasuki rumahnya, dan mengkap wanita tersebut.
                     Lalu ia berkata, " Hai..wanita ! Siapakah engkau dan darimana asalmu ? "
                     Wanita itu terduduk diam lalu mulai meneteskan air matanya. Pemuda itu cepat ke belakang untuk melihat ikannya, tak lagi berada di dalam wadah.
                     Ia pun bertanya pada wanita itu, " Hai wanita ! kemanakah ikan yang ada dalam wadah ini ? "
                     Wanita itupun semakin menangis tersedu - sedu, namun pemuda tersebut semakin memaksa dan akhirnya wanita itupun berkata, " Aku adalah ikan yang kau tangkap kemarin".
                     Pemuda itupun terkejut bukan kepalang, ia merasa telah menyakiti hati wanita itu. Setelah berpikir, pemuda itupun berkata, " Hai wanita ! Maukah engkau menjadi istriku?" Wanita tersebut terkejut, dia hanya diam dan tertunduk.
                     " Mengapakah kau diam ? " tanya pemuda itu lagi.
                     Lalu wanita tersebutpun berkata, " Aku mau mejadi istrimu, tetapi dengan satu syarat ".
                     " Apakah syarat itu ?" balas pemuda itu dengan cepat.
                     Wanita itu berkata, " Kelak jika anak kita lahir dan bertumbuh, janganlah engkau pernah katakan bahwa dirinya adalah anaknya ikan ".
                      Pemuda itupun menyetujui persyaratan tersebut dan bersumpah tidak akan mengatakannya. Lalu merekapun menikah. Hari berganti hari, mereka pun mempunyai anak. Usianya sekitar 6 tahunan. Anak itu sangatlah nakal dan tak pernah mendengar jika diberi nasihat. Lalu suatu hari, sang ibu menyuruh anaknya untuk mengantar nasi ke ladang, tempat ayahnya bekerja. Anak itupun pergi mengantar makanan kepada ayahnya, namun di tengah perjalanan, anak itupun merasa lapar, ia pun membuka makanan yang dibungkus untuk ayahnya itu dan segera memakan makanan itu. Setelah selesai makan, ia pun membungkus kembali dan melanjutkan kembali perjalanannya ke tempat sang ayah. Sesampainya di tempat sang ayah, ia memberikan bungkusan tersebut kepada sang ayah. Dengan sangat senang ayahnya menerima sembari duduk dan segera membuka bungkusan nasi yang dititipkan istrinya. Alangkah terkrjutnya sang ayah melihat isi bungkusan tersebut, hanya ada tulang ikan saja yang tersisa.
                     Sang ayahpun bertanya kepada anaknya, " Hai anakku, mengapa isi bungkusan ini hanya tulang ikan belaka ?"
                     Anaknya pun menjawab, " Diperjalanan tadi perutku terasa sangat lapar, jadi aku memakannya ". Sang ayah yang sudah sangat lapar karena bekerja dari pagipun emosi.
                     Tiba - tiba dengan sangat kuat ia menampar pipi anaknya dan berkata, " Betullah engkau anaknya ikan !"
                      Sang anakpun menangis dan berlari pulang kerumah. Sesampainya dirumah, anaknya pun menanyakan apa yang dikatakan ayahnya.
                      " Ma, apa benar yang dikatakan ayah itu, bahwa aku ini anaknya ikan ?"
                      Mendengar perkataan anaknya itu, ibunya pun sangat terkejut. Hatinya menjadi sangat sedih, dan sambil meneteskan air mata, ia berkata di dalam hati, " Suamiku telah melanggar sumpahnya ! Dan sekaramg aku harus kembali ke alamku !"
                       Sekonyong - konyong, langit pun menjadi sangat gelap. Tiba - tiba petir pun menyambar - nyambar. Hujan badai mulai turun dengan derasnya. Sang anak dengan ibunya raib. Dari bekas telapak kaki mereka, muncul mata air yang mengeluarkan air sangat deras dan tidak berhenti hingga daerah tersebut terbentuk sebuah danau. Danau itu diberi nama Danau Tuba yang berarti danau yang tidak tahu belas kasih. Tetapi karena orang batak susah mengatakan Tuba, maka danau tersebut terbiasa disebut dengan Toba.

sumber : http://www.wayantulus.com/legenda-danau-toba

Nilai moral yang terkandung adalah :
1. Sebagai seorang anak, tidak boleh kurang ajar terhadap orang tua.
2. Harus bisa menepati janji.
3. Tidak boleh dengan mudah untuk main tangan.

Keseimbangan wawasan adalah kita harus bisa menepati janji atau memenuhi syarat yang sudah kita sepakati dengan orang lain, terutama kepada orang yang kita cintai.

Warisan cultural dalam cerita ini adalah betapa besarnya akibat dari pelanggaran atas janji yang telah kita buat terhadap orang lain.

Kamis, 07 April 2011

KEPRIBADIAN BANGSA TIMUR

FRANCIS L.K Hsu, Sarjana Amerika keturunan Cina, yang mengkombinasikan dalam dirinya keahlian di dalam ilmu Antropologi, psikologi, filsafat dan kesusastraan Cina klasik ( homeostatis psikologi ).


Hsu telah mengembangkan suatu konsepsi bahwa dalam jiwa manusia sebagai makhluk sosial budaya itu mengandung delapan daerah lingkaran konsentris sekitar daerah diri pribadi.


Nomor 7 dan 6 disebut daerah tak sadar dan sub sadar, yang berada di daerah pedalaman dari alam jiwa individu dan terdiri dari bahan pikiran dan gagasan yang terdesak kedalam,sehingga tidak disadari oleh individu dan terlupakan.


Nomor 5 disebut kesadaran yang tidak dinyatakan, pikiran - pikiran dan gagasan yang disadari oleh si individu tetapi disimpan didalam jiwanya sendiri dan tidak dinyatakan kepada siapapun ( karena malu, takut salah, sungkan, tidak menemukan kata - kata yang tepat ).


Nomor 4 disebut kesadaran yang dinyatakan secara terbuka ( pikiran dan gagasan maupun perasaan - perasaan ).


Nomor 3 disebut lingkaran hubungan karib, mengandung konsepsi tentang orang - orang, binatang - binatang atau benda - benda yang diajak gaul secara mesra dan karib ).


Nomor 2 disebut hubungan berguna , fungsi kegunaan ( pedagang dan pembeli ).


Nomor 1 disebut lingkaran hubungan jauh, terdiri dari pikiran - pikiran dan sikap dalam jiwa manusia, tetapi jarang mempunyai arti dalam kehidupan sehari - hari.


Nomor 0 disebut lingkungan dunia luar, terdiri dari pikiran - pikiran dan anggapan tentang orang - orang diluar masyarakat dan negara Indonesia.







Menurut Francis L.K.Hsu --> yang menggambarkan kepribadian manusia adalah daerah lingkaran Nomor 3 hubungan yang berdasarkan cinta dan kemesraan dan juga rasa untuk bisa berbakti penuh dan mutlak merupakan suatu kebutuhan fundamental dalam hidup manusia, tanpa adanya tokoh - tokoh, benda - benda kesayangan, tanpa Tuhan, tanpa ide dalam alam jiwanya, hidup kerohanian manusia tidak akan bisa seimbang dan selaras.


Hsu.. konsep lain adalah konsep Jen. Dalam kebudayaan Cina yaitu : Manusia yang berjiwa selaras, manusia yang berkepribadian adalah manusia yang dapat menjaga keseimbangan hubungan antara diri kepribadiannya dengan lingkungan sekitarnya yang paling dekat.


Kebudayaan Timur  lebih mementingkan kehidupan rohani, mistik, gotong royong, keramah tamahan , dll.


Kebudayaan Barat →  mementingkan kebendaan, pikiran logis, asa guna dan individualisme.


IBD yang dihubungkan dengan Prosa ( Kesusastraan )


A. Proses Lama : Dongeng - dongeng, Hikayat, Sejarah, Epos, Cerita Pelipur Lara.


B. Prosa Baru : Cerita pendek, Roman / Novel, Biografi, Kisah.


Sebagai seni yang berlatar cerita ( fiksi ), karya sastra membawakan nilai - nilai, pesan moral dan cerita pada pembaca, nilai - nilai tersebut adalah :


a. Nilai Kesenangan : Pembaca mendapat pengalaman atas peristiwa atau kejadian yang dikisahkan dan dapat berimajinasi untuk mengenal daerah atau tempat asing yang belum dikunjungi atau mengenal tokoh - tokoh aneh atau asing tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya.


b. Memberikan Informasi : Tentang kehidupan masa lalu, masa kini bahkan masa yang akan datang atau asing yang tidak terdapat di dalam ensiklopedi.


c. Warisan Kultural : Mengungkapkan impian - impian, aspirasi generasi terdahulu yang seharusnya dihayati  generasi kini.


d. Keseimbangan Wawasan : Dapat memperluas dan memperdalam persepsi dan wawasannya tentang tokoh, kehidupan manusia sehingga akan terbentuk keseimbangan, terutama menghadapi kenyataan - kenyataan diluar dirinya yang mungkin berlainan pribadinya.